Selasa, 29 Mei 2012

MAKALAH POLA TATA RUANG DAN BANGUNAN DESA ADAT PENGLIPURAN MENGANUT SISTEM EKOLOGI-SOSIAL

Ni Ketut Eni Purnama Dewi
Semester VI


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Bali memiliki obyek wisata yang menyajikan pesona budaya penduduk lokal dan aktivitas keseharian mereka. Obyek tersebut adalah Desa Adat Penglipuran. Desa Penglipuran yang telah didaulat menjadi desa adat sejak tahun 1992 ini merupakan kawasan perdesaan di Bali yang memiliki tatanan teratur baik secara fisik maupun struktur pemerintahan desa, serta tidak lepas dari nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat.
Desa Penglipuran salah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur.
Desa Tradisional Penglipuran memiliki potensi budaya yang sampai saat ini tetap terpelihara dengan baik. Potensi paling unik yang dimiliki adalah pola tata ruang dan arsitektur bangunan tradisional Bali khas Penglipuran. Pola tata ruang simetris dengan open space linier di tengah disertai pintu gerbang (angkul-angkul) seragam serta tata letak bangunannya merupakan pemandangan suasana pedesaan yang sangat unik, khas dan menarik untuk dinikmati. Adat istiadat yang menyertainya juga cukup unik dan beberapa hal berbeda dengan kebanyakan adat pedesaan di Bali. Pola penataan ruang dan tata letak bangunan tradisional di Penglipuran menggunakan Pola Dasar Nawa Sanga, yaitu penggabungan orientasi antara gunung dan laut serta terhadap peredaran matahari. Hal ini yang mendasari penulis mengangkat judul “Pola dan Tata Ruang Desa Adat Penglipuran Bali menganut Sistem Ekologi-Sosial”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar